Ancaman Serius Perubahan Iklim di Indonesia
Indonesia rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan muka air laut, gangguan di sektor pertanian dan ketahanan pangan jadi ancaman di depan mata. Kebakaran lahan menjadi tentangan terberat.
Meski sering disebut-sebut, istilah perubahan iklim di Indonesia belum tergolong populer. Masih diperlukan penerjemahan ke bahasa sehari-hari yang lebih mengena dan dapat dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat umum.
Argumentasi yang acap kali disampaikan bahwa masalah perubahan iklim masih jauh dirasakan dampaknya di masa depan, dan bukan di depan mata, SANGAT tidak tepat.
Sudah terlalu banyak sebetulnya dampak yang dirasakan. Hanya saja, memang karena dampak yang timbul selalu terkait dengan berbagai penyebab lain, maka lebih sering permasalahan yang ada dianggap sebagai permasalahan lain, bukan permasalahan karena perubahan iklim.
Sudah waktunya cara pandang ini mengalami perubahan dan sudah waktunya pula semua pihak melakukan aksi dan upaya nyata untuk menangani dampak yang muncul dan mengendalikan perubahan iklim supaya tidak semakin parah.
Pertama-tama, perlu dipahami dulu istilah yang biasa digunakan dalam konteks perubahan iklim. Yakni: adaptasi untuk menangani dampak dan mitigasi untuk mengendalikan perubahan iklimnya.
Pada dasarnya, adaptasi lebih difokuskan kepada bagaimana kita semua dapat melakukan aksi dan upaya yang dapat mengatasi dampak yang timbul ataupun dampak yang diperkirakan akan timbul akibat perubahan iklim.
Yang pasti, adaptasi jika hanya dilakukan kalau dampak sudah timbul akan memberikan implikasi biaya yang lebih tinggi daripada jika adaptasi ini disiapkan sebagai bentuk antisipasi.
Sementara itu, mitigasi sebetulnya lebih merupakan berbagai aksi dan upaya yang kita lakukan agar gas-gas yang menjadi penyebab perubahan iklim dapat ditekan keberadaannya, sehingga laju perubahan iklim dapat dikurangi.
Mitigasi dapat dilakukan dengan mengurangi gas rumah kaca yang dikeluarkan (diemisikan) maupun dengan menyerap kembali gas rumah kaca yang sudah ada di udara lepas.
Sumber: https://www.dw.com/id/ancaman-serius-perubahan-iklim-di-indonesia/a-19196264
Soal:
1. Apa kesimpulan yang bisa diambil dari teks bacaan tersebut?
A. Ancaman perubahan iklim akan dirasakan masyarakat jauh di masa depan
B. Kebakaran hutan merupakan penyebab utama terdapat terhadap perubahan iklim di Indonesia
C. Masyarakat terkena dampak serius dari perubahan iklim yang terjadi di Indonesia
D. Adaptasi dan mitigasi merupakan upaya untuk menghindari perubahan iklim di Indonesia
E. Masyarakat Indonesia sudah sangat teruji dalam beradaptasi terhadap perubahan alam yang terjadi
2. Cermati data berikut!
Berdasarkan keterangan pembeda warna pada gambar tentang kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tersebut, maka dapat diprediksi kondisi terburuk warga yang menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) adalah wilayah....
A. Riau B. Jambi
C. Kalimantan Barat
D. Kalimantan Selatan
E. Sumatera Selatan
3. Cermati infografis di bawah ini!
Berdasarkan infografis di atas potensial energi alternatif yang perlu dikembangkan di Indonesia adalah ....
A. energi surya
B. air
C. bio energi
D. angin
E. gelombang laut
4. Cermati infografis di bawah ini!
Berdasarkan infografis di atas, upaya pencegahan pernikahan dini termasuk dalam ruang lingkup layanan ....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
5. Sanitasi Lingkungan di Indonesia
Sanitasi. Sepenggal kata yang tak asing di telinga namun begitu asing jika dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Kata tersebut sering terdengar di tempat-tempat kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit. Sering disebut juga oleh para mahasiswa kesehatan masyarakat maupun mahasiswa teknik lingkungan. Jika ditilik dari segi arti, menurut KBBI sanitasi artinya usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat (1).
Pada Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) yang diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation Program (WSP) tahun 2013, terungkap bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk (2). Jika keadaan pada tahun 2013 saja sudah seperti itu lantas bagaimana dengan keadaan sanitasi di tahun 2017 ini?
Sampai tahun 2017, baik di desa maupun kota, keduanya sama-sama menghadapai masalah sanitasi. Di kota masalah sanitasi disebabkan karena septic tank dibuat berdekatan dengan sumber air, selain itu septic tank yang dibuat tersebut tidak kedap air. Jika dibiarkan terus-menerus makan sumber air yang berada dekat dengan septic tank tersebut akan tercemar dikarenakan bakteri E. coli dan bakteri coliform lainnya masuk ke dalam badan air. Masalah di perkotaan tak berhenti disitu, kebiasaan masyarakat kota yang masih membuang sampah di sungai turut memerparah keadaan. Sungai yang telah tercemar oleh sampah ironisnya juga digunakan sebagai sarana untuk mandi dan mencuci. Jika sudah begini tentulah penyakit gatal, alergi, dan diare akan menyergap, terutama pada anak-anak.
Lain kota, lain di desa. Di desa, masalah sanitasi yang paling sering terjadi adalah kebiasaan masyarakat yang masih BAB (Buang Air Besar) langsung ke sungai atau ke tanah. Masyarakat jarang menggunakan bahkan tidak mempunyai jamban, yang ada hanyalah cubluk sederhana yang hanya ditutupi oleh papan kayu. Kebiasaan seperti ini tidak hanya mencemari perairan, tetapi juga air tanah karena tinja langsung masuk ke tanah tanpa proses pengolahan terlebih dahulu.
Sumber: https://baruinfo.wordpress.com/2017/09/29/sanitasi-lingkungan/
Simpulan pesan teks tersirat dalam teks tersebut adalah ....
A. "Satu Sampah Menimbulkan Ribuan Masalah"
B. "Lingkungan Bersih Pikiran Jernih"
C. "Kekayaan Terbesar Adalah Kesehatan"
D. "Mari Jaga Sumber Air Demi Kelangsungan Hidup Anak Cucu"
E. "Kelola Sampah, Kelola Limbah Agar Kita Sehat Dan Bumi Tetap Indah"
Share ke kawan-kawan jika bermanfaat ya!
Posting Komentar untuk "Contoh Soal AKM Literasi #1"