DNA Kejayaan
Bangsa Indonesia seringkali disebut sebagai bangsa besar yang sedang tidur. Kita memiliki wilayah luas, sumber daya alam melimpah, dan keberagaman budaya yang kaya. Namun, yang sering terlupakan adalah bahwa kita juga memiliki DNA kejayaan. Sejarah mencatat, pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit berdiri sebagai salah satu kekuatan terbesar di Asia Tenggara, bahkan dunia.
Majapahit bukan sekadar kerajaan, melainkan simbol kejayaan Nusantara. Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit berhasil mempersatukan wilayah luas, menjadi pusat perdagangan internasional, sekaligus melahirkan warisan budaya luhur seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Itulah bukti bahwa bangsa ini pernah berdiri gagah, disegani, dan mampu memainkan peran penting di panggung dunia.
Namun, mengingat kejayaan masa lalu tidak boleh berhenti pada romantika sejarah. Ia harus menjadi energi penggerak.
Bayangkan ketika kita ingin mendahului kendaraan lain di jalan raya. Sesaat, kita memang perlu melihat kaca spion—untuk memastikan situasi aman, untuk membaca posisi kita. Tetapi terlalu lama menatap kaca spion akan membuat kita kehilangan fokus pada jalan di depan. Begitu pula dengan kejayaan Majapahit. Kita boleh menoleh ke belakang, belajar, dan merasa bangga. Namun jangan sampai pandangan kita terjebak di masa lalu, hingga lupa melaju ke masa depan.
Analogi lain adalah busur panah. Ketika busur ditarik ke belakang, panah seakan mundur jauh. Tetapi justru semakin kuat ditarik ke belakang, semakin kencang ia melesat ke depan saat dilepaskan. Belajar dari kejayaan Majapahit ibarat menarik busur itu—mengumpulkan energi, menata arah, dan mempersiapkan daya ledak. Namun, apa gunanya menarik busur bila panah tidak pernah dilepaskan? Begitu pula, apa gunanya membanggakan kejayaan Majapahit jika tidak kita jadikan pijakan untuk kemajuan nyata?
Kita harus berani melepaskan panah itu. Artinya, setelah belajar dari sejarah, kita bergerak maju. Kita menatap ke depan dengan optimisme, membangun peradaban baru yang tidak kalah gemilang. Keadilan, keterbukaan, toleransi, dan kerja sama—nilai-nilai yang dulu menjadikan Majapahit besar—bisa kita hidupkan kembali di zaman modern.
Majapahit memberi pelajaran bahwa kejayaan tidak lahir dari kebetulan. Ia adalah hasil visi besar, kepemimpinan bijak, dan kerja keras seluruh rakyat. DNA kejayaan itu ada dalam diri bangsa Indonesia. Tugas kita sekarang adalah mengaktifkannya kembali.
Sejarah adalah kaca spion, bukan kaca utama. Ia memberi kita arah, tapi bukan tujuan akhir. Busur panah adalah alat, bukan hasil. Ia memberi kita tenaga, tapi hanya berarti jika dilepaskan. Maka, marilah kita belajar dari Majapahit: menoleh sejenak ke belakang, menarik busur dengan kuat, lalu melepas panah peradaban kita ke masa depan.
Karena sejatinya, kejayaan bukan untuk dikenang, melainkan untuk diteruskan.
.png)

Posting Komentar untuk "DNA Kejayaan"
Posting Komentar